Saturday 8 December 2018

Kata Kata Indah

Anda belum tau rasanya berjuang sendirian kemudian di patahkan.
Anda belum tau rasanya saba menunggu kepastian kemudian di batalkan.
Dan anda belum tau rasanya keseriusan dianggap bahan tertawaan.

Saturday 10 November 2018

PERJALANAN HIDUP SEORANG IMAM

Asalamualaikun wr.wb.
Hai sahabat blogger.
lama tak jumpa dan menulis di dinding ini.

Saya sekarang sudah kerja, dari kuliah jurusan pendidikan tapi kerjanya di pemerintahan, gak nyambung kan. Ya begitulah saya, yg selalu bepindah pindah tempat mungkin saya memang belum konsisten. Pekerjaan yg sesuai bidang. Tapi banyak yg melenceng jauh si... bukan hanya saya sendiri.


Guys saya sedang galau pening keliling.
Saya punya tanggungan hutang 50 jt itu orng tua saya. Karena bisnis dagangnya mlorot..
saya bagimana lagi..
Bisnis saya juga drop.
Ibu saya jualan sembako untk makan setiap hari tapi tidak ada kas masuk.
saya kerja dan punya usaha prin prinan sepi karena kesaingan dengan mesin ftcopi besar. Dan saya hanya pnya printer copy.
bagaimana saya bisa mlunasi kalo seperti ini.

Usaha saya yg untuk membantu kebutuhan ibu tidak mencukupi karena banknya banyak.

Saya bingung. Mau bangkit lagi tapi blm bisa.
sbnarnya kalo ada suntikan modal dagan ibu saya rame dan saya juga bisa stor juga, tapi karena gak ada modal daganganya habis ya akhirnya  muter lagi kerja an saya juga gajihnya tinggal sedikit karena sudah di pake untuk mengganti biayaya kuliah. Ya Allah..

Jika ada orang yg memiliki harta banyak, pinjamilah saya untuk bangkit kembali
kasian orang tua saya.
Saya juga akhirnya menunda untuk menikah.

081384078705
itu nmer saya. Jika ada yg berkenan meminjamkan ya Allah yg akan mengembalikan seluruhnya.
sya tidak malu seperti ini.
karena ini sebagian dari modal saya berjuang membangun toko ibu saya.
skian........


Wasalamualaikum wr.wb.


Wednesday 6 January 2016

KEPEMIMPINAN PANCASILA MKP
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti menunjukkan jalan yang baik dan benar, tetapidapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan proses penggerakkan, memberikan tuntutan, binaan dan bimbingan, menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain, mengarahkan dan masih banyak lagi artinya.
Pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia, dimana pola hidup masyarakatnya selalu berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung pada pancasila. Namun apa yang terjadi, masih banyak dari masyarakat kita yang bisa dan mau mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupannya. Begitu juga dengan para pemimpin kita, kita lihat dari puncak teratas kepemimpinan negeri kita yaitu presiden-presiden kita.
 Kita mulai dari presiden kita pertama yaitu Sukarno.
Sukarno adalah pencetus dan salah satu the founding father bangsa ini. Pancasila juga terlahir dari konsep para founding father bangsa ini, namun jika kita lihat dari kepemimpinan Sukarno bahwa Sukarno lebih menonjolkan kharismatiknya, tak sedikit orang yang meragukan Sukarno, namun apakah Sukarno sudah menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinannya. Sukarno jika kita lihat dari sejarahnya juga tidak menerapkan seluruhnya dari nilai-nilai pancasila, hal ini terbukti dengan keinginannya untuk menjadi presiden seumur hidup, hal ini sangat bertentangan dengan nilai dari sila ke-4 yaitu dengan nilai-nilai demokrasinya. Begitu juga dengan paham komunisme yang menurut sejarah dianut oleh Sukarno, hal ini bertentang dengan prinsip keadilan yang dijelaskan dalam konsep kepemimpinan yang berkeadilan yang berarti menempatkan sesuatu pada porsinya bukan sama rata dan sama rasa. Oleh karena itu, kami mengambil tema tentang kepemimpinan pancasila ini. Kepemimpinan pancasila yang unsur-unsur nilainya memiliki nilai universal, namun, realitanya para pemimpin bangsa ini dalam memimpin tidak sepenuhnya memperlihatkan atau menginternalisasikan nilai-nilai pancasila ke dalam sikap dan tingkah lakunya untuk memimpin masyarakatnya maupun bawahannya.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian kepemimpinan pancasila?
2.         Bagaimanakah konsep kepemimpinan pancasila?
3.         Bagaimanakah pemimpin yang berjiwa pancasila?
4.         Mengapa nilai-nilai moral pancasila sebagai sumber kepemimpinan?
5.         Apa sajakah asas pancasila?
6.         Apa sajakah sumber pokok kepemimpinan pancasila?
7.         Apa sajakah landasan kepemimpinan pancasila?
C.    Tujuan
1.         Dapat mengetahui pengertian kepemimpinan pancasila
2.         Dapat mengetahui konsep kepemimpinan pancasila
3.         Dapat mengetahui pemimpin yang berjiwa pancasila
4.         Dapat mengetahui mengapa nilai-nilai moral dalam setiap sila pada pancasila merupakan sumber kepemimpinan
5.         Dapat mengetahui apasaja yang merupakan asas-asas dalam kepemimpinan pancasila
6.         Dapat mengetahui sumber-sumber pokok dalam kepemimpinan pancasila
7.         Dapat mengetahui apa sajakah yang menjadi landasan dalam memimpin dalam kepemimpinan pancasila



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepemimpinan
Berikut ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli :
1.      George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.      Ordway Tead (1929)
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.
3.      Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
4.      Katz & Kahn (1978)
Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
5.      Hemhill & Coon (1995)
Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Dari beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.

B.     Konsep Kepemimpinan Pancasila
Dalam rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya pembangunan nasional tergantung peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi membangun dikalangan masyarakat luas dan motivasi pengorbanan pengabdian pada unsur kepemimpinannya. Norma-norma yang tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara, khususnya para pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu menggambarkan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila. Berikut disampaikan suatu pemikiran mengenai kepemimpinan yang selanjutnya diterapkan di Indonesia : Seorang pemimpin di Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila yaitu :
1.      Seorang pemimpin di Indonesia adalah seorang yang mampu menanggapi kemajuan IPTEK dan kemajuan zaman.
2.      Seorang pemimpin hendaknya berwibawa, yakni timbulnya kepatuhan yang dipimpinnya, bukan karena katakutan, tetapi karena kesadaran dan kerelaan.
3.      Seorang pemimpin bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan yang dipimpinnya.
Dengan demikian, pemimpin benar-benar bersifat “ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”. Menurut Kartini, Kartono, (2008) menjelaskan  bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh kepemimpinan, yaitu :
1.      Kepemimpinan di Era pembangunan Nasioanal harus bersumber pada falsafah negara, yakni Pancasila.
2.      Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai.
3.      Diharapkan agar Kepemimpinan Pancasila mampu menggali intisari dari nilai-nilai tradisional yang luhur, untuk kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif dari modernisasi.

C.    Pemimpin yang Berjiwa Pancasila
Bagi suatu organisasi apapun, baik itu Negara, Partai Politik, LSM, Ormawa, OKP, dan lain-lain yang ingin memperoleh kemajuan dalam bidang usahanya, maka kepemimpinan yang baik mutlak dibutuhkan bagi organisasi itu terutama keahlian dalam bidang tersebut, dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, maka seorang pemimpin harus dapat mengelola dan mengarahkan elemen-elemen yang ada secara baik dan teratur. Seorang pemimpin harus dapat menciptakan suatu kerjasama yang harmonis di antara pimpinan dan bawahan. Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan yang membawa masyarakat dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD’45. Keyakinan pemimpin pancasila :
1.      Semangat Nasionalisme
2.      Semangat Kekeluargaan
3.      Semangat Gotong Royong
4.      Pembangunan Isi Kemerdekaan
5.      Pembangunan Falsafah Negara Pancasila
6.      Pembangunan Amalan Pancasila
7.      Pembangunan Fungsi Manajemen
8.      Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan Modernisasi
9.      Pembangunan Berazas Persatuan, Kebersamaan, Kesatuan
       Tanggal 1 Juni yang diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila tidak hanya menjadi ajang simbolisasi peringatan yang tak memiliki makna. Kita tidak bisa berdiam diri membiarkan nilai-nilai luhur Pancasila hilang tanpa meninggalkan jejak. Berkaitan dengan itu semua, sebagai bangsa yang menjujung tinggi demokrasi, sudah saatnya kita kini selektif memilih sosok calon pemimpin yang benar-benar memiliki kapabilitas yang cukup mumpuni dan bermoral Pancasila.
       Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu memperhatikan nasib rakyatnya sesuai dengan tujuan kesejahteraan dalam sila Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan masyarakatnya. Pemimpin yang Pancasilais harus mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan-kepentingan yang lain. Pemimpin yang Pancasilais adalah pemimpin yang tidak terlalu berambisi mengejar jabatan demi kepentingan pribadi, menanamkan permusuhan dengan lawan-lawan politiknya.
       Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok pemimpin yang selalu dengan teguh mengamalkan sila-sila Pancasila dengan sempurna. Ia adalah pemimpin yang memiliki jiwa religiositas sesuai dengan sila pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa keadilan dalam setiap aspeknya, bersikap toleran dan terbuka sebagai jalan untuk mempersatukan semua unsur perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam pengambilan keputusannya.
       Dikalangan ABRI telah dirumuskan sebelas asas kepemimpinan, yang telah digali dari nilai-nilai kepemimpinan di bumi Indonesia. Semua asas itu dapat diterapkan pada tugas-tugas kepemimpinan pada semua sektor dan eselon, mulai dari guru dan lurah di desa, sampai pada pejabat-pejabat lokal, regional, dan di pusat pemerintahan. Yang paling penting dari kesebelas asas tersebut ialah tiga asas pertama, yang sangat ditonjolkan oleh Ki Hajar Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan prinsip utama kepemimpinan Pancasila. Kesebelas asas tersebut ialah :
1.         Ing Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan)
Pemimpin yang baik adalah orang yang berani berjalan di depan, untuk menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di arena perjuangan, untuk menghadapi rintangan dan bahay-bahaya dalam merintis segala macam usaha. Dengan tekad besar dan keberanian yang membara dia harus sanggup bekerja paling berat, sambil menegakkan disiplin diri sendiri maupun disiplin pengikutnya. Di depan dia menjadi teladan yang baik. Di depan dia harus benar-benar berani menjadi ”ujung tombak” bagi setiap usaha rintisan dan perjuangan.
2.         Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi dan kemauan)
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau terjun di tengah-tengah anak buahnya, merasa senasib sepenanggungan sanggup menggugah dan membangkitkan gairah serta motivasi kerja, semangat tempur/juang, dan etik kerja yang tinggi. Karena dia ada di tengah-tengah anak buahnya, maka dia selalu tanggap dan mampu berpikir serta bertindak dengan cepat serta tepat, sesuai dengan tuntutan kondisi dan situasinya.
3.         Tut Wuri Handayani
Pada saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup berdiri di belakang anak buahnya. Hal ini bukan berarti bahwa dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di belakang pengikutnya, dan mengekor di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi harus diartikan sebagai mau memberikan dorongan dan kebebasan, agar bawahannya mau berprakarsa, berani berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk berpartisipasi dan berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan saja. Ringkasnya, dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang menguatkan” kepada anak buahnya yang dipimpinnya.
4.         Takwa kepada TYME
 Pemimpin Indonesia dituntut agar memiliki keyakinan beragama, keimanan, dan ketakwaan yang teguh terhadap Tuhan yang Maha Esa. Kesadaran sedemikian menimbulkan pengertian bahwa setiap insan Indonesia mempeunyai kedudukan yang sama tingginya di hadapan Tuhan. Kesadaran tersebut menginsyafkan seorang pemimpin, bahwa dirinya bukan seorang yang maha super, bukan pula sumber kewenangan yang mutlak dalam menentukan permasalahandan kedudukan orang lain, terutama bawahan dan pengikut-pengikutnya.
5.         Waspada purba wasesa (waspada dan berkuasa)
Waspada itu mempunyai ketajaman penglihatan dan juga mampu menembus penglihatan ke depan, mampu mengadakan forecasting atau meramal bagi masa mendatang, atau bersifat futuristik. Sedang ”murba” atau ”purba” itu artinya mampu mencipta atau mampu mengendalikan menguasai.
Wasesa ialah keunggulan, kelebihan, kekuasaan berdasarkan kewibawaan, atau kewibawaan yang disertai kekuasaan. Jadi purba wasesa ialah mampu menciptakan dan mengendalikan semua kelebihan/keunggulan dan kekuasaan.      
6.         Ambeg paramarta
Ambeg itu artinya mempunyai sifat-sifat. Paramarta (sansekerta: paramartha) artinya yang benar, yang hakiki. Maka ambeg paramartha itu artinya murah, karim, dermawan, mulia, murni, baik hati. Biasanya ”paramartha” selalu disertai dengan ”adil” jadi ambeg adil-paramartha berarti : bersikap adil, mampu membedakan yang penting dan yang tidak penting, sehingga mendahulukan hal-hal yang perlu dan penting, dan menomorduakan peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak penting. Jadi, pemimpin itu harus cakap menyusun satu sistem hierarki, agar selalu dapat memeriksa (haniti priksa), serta menata segala usaha dan prilaku. Ringkasnya, dia mampu dengan tepat memilih mana yang harus didahulukan, dan mana yang harus diusulkan kemudian serta selalu bersikap adil.
7.         Ambeg prasaja (bersifat sederhana)
Ambeg prasaja pada diri pemimpin itu berarti dia bersifat sederhana, terus terang, blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar, dan toleran. Sikapnya bersahaja/tunggal, hidupnya juga tidak berlebih-lebihan, tetap sederhana, dan tidak tamak.
8.         Ambeg Satya (setia)
Amberg satya itu ialah bersifat setia, menepati janji, dan selalu memenuhi segala ucapannya. Pemimpin sedemikian ini dapat dipercaya sebab dia jujur-lurus-tulus dan setia, cermat, tepat, dan loyal terhadap kelompoknya. Dia senantiasa berusaha agar hidupnya berguna, dan bisa membuat senang serta bahagia orang lain, terutama bawahan atau anak buahnya.       
9.         Gemi Nastiti ( hemat dan teliti-cermat)
Pemimpin yang baik itu sifatnya hemat cermat, dan berhati-hati, tidak boros. Hemat karena ia mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan efektif dan efisien. Hemat pula dalam mengelola sumber tenaga manusia, material, dan harta per,odalan, dan menyingkiri semua tingkah laku yang tidak memberi manfaat.
Cermat itu dalam bahasa Jawanya ialah nastiti, yaitu meneliti dengan sangat hati-hati segala karya, perbuatan, dan peristiwa di sekitarnya. Sedang berhati-hati artinya : pemimpin itu selalu bernalar, cermat, dan teliti. Selalu menggunakan duga prayoga, yaitu pandai menduga-duga apakah yang paling prayoga/baik pada suatu saat. Lalu menghindari hal-hal yang bisa mendatangkan mara bahaya dan kesengsaraan. Dia sadar dan mampu membatasi penggunaaan dan pengeluaran apa saja untuk keperluan yang benar-benar penting.
10.     Blaka ( terbuka, jujur, lurus)
Pimpinan yang baik harus bersikap terbuka, komunikatif. Dia bersedia memberikan kesempatan kepada bawahan dan orang lain untuk mengemukakan sugesti usul, pendapat, kritik yang konstruktif, dan koreksi. Dia tidak merasa terlalu bodoh atau malu hati untuk belajar dari lingkungan dan bawahannya sendiri sekalipun. Sebab, belajar dari pengalaman orang lain itu merupakan pemerkayaan pribadinya. Ringkasnya, personnya merupakan satu sistem yang terbuka.


11.     Legawa (tulus ikhlas)
Legawa artinya rela dan tulus ikhlas, setiap saat dia bersedia untuk memberikan pengorbanan. Sifat orangnya ialah pemurah (murah hati), karim, dan dermawan. Dia mudah merasa senang bahagia dengan kesukaan yang kecil-kecil, dan tidak mabuk oleh kesukaan yang besar-besar. Karena itu sifatnya prasaja/sederhana dan tulus rela. Jika terjadi kekecewaan dan kegagalan, maka dia bisa ”mupus” atau menghibur diri, dan pasrah menyerah dengan hati yang murni kemudia bangkit kembali, berusaha membangun dan berkarya lagi.

D.    Nilai Moral Pancasila Sebagai Sumber Kepemimpinan :
1.      Sila Ke-1 :
a.       iman dan taqwa
b.      saling menghormati
c.       kebebasan ibadah
2.      Sila Ke-2 :
a.       hak-hak dan kewajiban azasi
b.      toleransi dan kemanusiaan
c.       kerjasama
3.      Sila Ke-3 :
a.       Patriotisme dan Nasionalisme
b.      persatuan dan kesatuan
c.       Bhinnek Tunggal Ika
4.      Sila Ke-4 :
a.       musyawarah dan mufakat
b.      melaksanakan putusan
5.      Sila Ke-5 :
a.       Gotong royong, familier, dan damai



E.     Asas Kepemimpinan Pancasila
1.    Azas kebersamaan.
a.         Pemimpin dan yang dipimpim memliki kesatuan organisasi yang tersusun secara hierarki dengan diakui sebagai pemerintahan yang sah, dan tanpa adanya paksaan oleh pemerintah kepada masyarakatnya.
b.        Pemimpin tidak terpisah dari yang dipimpin, yang berarti bahwa seorang pemimpin mempunyai kehidupan yang tidak jauh berbeda dari kehidupan yang dipimpinnya. Berbaur menjadi satu dalam sebuah satuan komando. Dengan tidak terpisahnya pemimpin dan yang dipimpin ini menimbulkan jurang pemisah antara penguasa dan yang dikuasainya.
c.         Pemimpin dan yang dipimpn saling pengaruh mempengaruhi. Artinya bahwa seorang pemimpin merupakan wakil rakyat yang menjadi penghubung (mediator) antara pemimpin dengan masyarakat, masyarakat. Dengan adanya saling mempengaruhi tersebut nantinya akan tercipta negara yang demokratis semuanya untuk rakyat.
d.        Pemimpin dan yang dipimpin bukan unsur yang saling bertentangan, sehingga tidak terjadi dualisme.
e.         Masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai tempat dan kewajiban (dharma)sendiri-sendiri dan meruepakan suatu golongan yang paling kuat, tetapi juga tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat yang harus diutamakan.
f.         Tanpa adanya yang dipimpin, maka tidak mungkin adanya seorang pemimpin.
2.    Azas kekeluargaan dan kegotong royongan
a.         Timbul kerja sama yang akrab. Artinya bahwa antara masyarakat dan pemerintah membuat suatu standart yang menhubungkan keterkaitan diantara keduanya seperti yang telah di rumuskan dalam UUD 45. Antara pemerintah dan masyarakat merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan yang membuat suatu kerja sama yang saling pengaruh mempengaruhi diantara keduanya. Karena tidak akan ada pemimpin kalau tidak ada orang yang dipimpin.
b.         Kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu. Artinya kesejahteraan dan kebahagian merupakan sebuah cita-cita murni yang harus menjadi tujuan utama. Karena dengan adanya kesejahteraan dan kebahagiaan tersebut maka negara akan terhindar dari ancaman, gangguan, tantangan, dan hambatan yang menimpa NKRI.
c.          Berlandaskan kasih sayang dan pengorbanan. Artinya untuk membentuk suatu negara yang adil dan makmur harus dengan cara yang baik dengan menumbuhkan kasih sayang yang multikultural yang  menjadi ciri khas bangsa Indonesa. Dengan adanya rasa kasih sayang yang multikultural akan menimbulkan sikap rela berkorban apabila negara mendapat ancaman dari luar maupun dari dalam megeri. Pengorbanan itu akan terbentuk akibat adanya saling tenggang  rasa dan saling memahami antar golongan, suku ataupun yang lainnya, bahwa negara NKRI bukan negara milik salah satu golongan yang paling kuat.
3.    Azas persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan
       Sebagai seorang yang berpendidikan, hendaknya kita sadar akan status bangsa Indonesia, yaitu negara yang mempunyai keragaman suku, bangsa, adat istiadat, agama, aliran dan yang lainya yang terrangkum dalam sebuah kebinekaan. Kebinekaan tersebut menuntuk kepada masyarakat Indonesia untuk tidak mengunggulkan suatu golongan dengan golongan yang lain, atau menganggap bahwa golongannya lebih kuat dan lebih pantas dari golongan yang lain. Tetapi dari kebinekaan tersebut mengajarkan agar Masyarakat Indonesia mempunyai rasa sama dalam derajat, dan mengakui keberadaan antara satu dengan yang lainnya yang bernaung dalam sebuah negara NKRI. Kebinekaan tersebut diibaratkan adalah sebuah taman yang terdiri dari berbagai macam bunga. Bunga melati, bunga mawar, bunga angrek, bunga kembang sepatu dan yang lainnya. Bunga-bunga tersebut tidak akan dinamakan sebagai bunga setaman apabila bunga-bunga tersebut beridiri sendiri, tetapi bunga tersebut akan menjadi bunga setaman apabilal bunga itu berdiri dalam satu tempat dalam sebuah kesatuan.
       Analogi tersebut mengibaratkan kepada masyarakatnya untuk mempunyai rasa tenggang rasa dalam memandang sebuah keberagaman. Dan memandang bahwa walupun berbeda-beda warna, tetapi semua bentuk itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu menjadikan negara Indonesia menjadi negara yang maju, adil, dan makmur.
4.      Azas selaras serasi dan seimbang
       Semua azas tersebut yang sudah dijelaskan diatas harus di dasari oleh keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Yang mana azas tersebut tiak mencari kemenangan sebuah golongan dengan adanya adu kekuatan yang nantinya akan menimbulka kontradisi, konflik dan pertentangan antara golongan. Sehingga hilanglah rasa kebinekaan yang menjadi dasar berdirinya NKRI. Adanya selaras, serasi dan seimbang tersebut menunjukkan sebuah keadaan yang terbentuk secara alamiah dan tersusun sesuai dengan kodrat penciptaannya, yang mana setiap golongan mempunyai tempat dan mempunyai fungsi masing-masing. Dari keselarasan, keserasian dan keseimbangan membentuk sebuah warna baru dan menjadikan bentuk keindahan yang akan menumbuhkan ketentraman batin sehingga antara golongan yang satu dengan yang lainnya tidak merasa terganggu dengan keberadaan golongan yang lain dalam menjalankan fungsi dan aktifitasnya masing-masing.

F.     Sumber Pokok Kepemimpinan Pancasila
1.      Pancasila, UUD 1945, dan GBHN
2.      Nilai-nilai kepemimpinan universal
3.      Nilai-nilai spiritual nenek moyang.  Hal-hal yang dapat dianggap sebagai sumber kepemimpinan Pancasila antara lain berupa :
a.       Nilai-nilai positif dari modernism
b.      Intisari dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-norma kepemimpinan yang ditulis oleh para nenek moyang.
c.       Refleksi dan kontemplasi mengenai hakikat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era pembangunan dan zaman modern, sekaligus juga refleksi mengenai pribadi selaku ”manusia utuh” yang mandiri dan bertanggung jawab dengan misi hidupnya masing-masing.

G.    Landasan Kepemimpinan Pancasila
Pada tingkat, jenjang serta di bidang apa pun, pemimpin harus mempunyai landasan pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Keempat macam landasan pokok kepemimpinan itu ialah :
1.      Landasan diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono :
a.       Sugih tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
b.      Nglurung tanpa bala (melurug tanpa balatentara)
c.       Menang tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan)
d.      Weweh tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan)
2.      Landasan Kepemimpinan
a.       Sifat ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta, konsekuen dalam janjinya
b.      Sifat pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interest, dapat melihat jauh kedepan/waskita
c.       Sifat petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka
d.      Sifat guru : memberikan teladan baik
3.      Landasan Pengabdian (Sri Mangkunegara 1)
a.       Ruwangsa handarbeni (merasa ikut memiliki negara)
b.      Wajib melu angrungkebi (wajib ikut bela negara)
c.       Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri untuk bersikap berani)

Daftar Pustaka

Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)

Sutarto. 1998. Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Sutiman A.H., "Apa dan Bagaimanakah Kepemimpinan Pancasila Itu?", ABSTRAK MKM, VOL. IV, TAHUN IV, 1997.
(www.maranatha.edu/sites/default/files/abstrak%20MKM%20IV%20(4).doc)  
Prof.Ir. Bambang Suryanto, MS.PSl "LEADERSHIP & ENTREPRENEURSHIP". (www.magri.undip.ac.id/images/stories/leadership_prof_bambang.ppt)