KAPAL DARAT TITIK TITIK
Friday 13 December 2019
Saturday 8 December 2018
Kata Kata Indah
Anda belum tau rasanya berjuang sendirian kemudian di patahkan.
Anda belum tau rasanya saba menunggu kepastian kemudian di batalkan.
Dan anda belum tau rasanya keseriusan dianggap bahan tertawaan.
Saturday 10 November 2018
PERJALANAN HIDUP SEORANG IMAM
Asalamualaikun wr.wb.
Hai sahabat blogger.
lama tak jumpa dan menulis di dinding ini.
Saya sekarang sudah kerja, dari kuliah jurusan pendidikan tapi kerjanya di pemerintahan, gak nyambung kan. Ya begitulah saya, yg selalu bepindah pindah tempat mungkin saya memang belum konsisten. Pekerjaan yg sesuai bidang. Tapi banyak yg melenceng jauh si... bukan hanya saya sendiri.
Guys saya sedang galau pening keliling.
Saya punya tanggungan hutang 50 jt itu orng tua saya. Karena bisnis dagangnya mlorot..
saya bagimana lagi..
Bisnis saya juga drop.
Ibu saya jualan sembako untk makan setiap hari tapi tidak ada kas masuk.
saya kerja dan punya usaha prin prinan sepi karena kesaingan dengan mesin ftcopi besar. Dan saya hanya pnya printer copy.
bagaimana saya bisa mlunasi kalo seperti ini.
Usaha saya yg untuk membantu kebutuhan ibu tidak mencukupi karena banknya banyak.
Saya bingung. Mau bangkit lagi tapi blm bisa.
sbnarnya kalo ada suntikan modal dagan ibu saya rame dan saya juga bisa stor juga, tapi karena gak ada modal daganganya habis ya akhirnya muter lagi kerja an saya juga gajihnya tinggal sedikit karena sudah di pake untuk mengganti biayaya kuliah. Ya Allah..
Jika ada orang yg memiliki harta banyak, pinjamilah saya untuk bangkit kembali
kasian orang tua saya.
Saya juga akhirnya menunda untuk menikah.
081384078705
itu nmer saya. Jika ada yg berkenan meminjamkan ya Allah yg akan mengembalikan seluruhnya.
sya tidak malu seperti ini.
karena ini sebagian dari modal saya berjuang membangun toko ibu saya.
skian........
Wasalamualaikum wr.wb.
Hai sahabat blogger.
lama tak jumpa dan menulis di dinding ini.
Saya sekarang sudah kerja, dari kuliah jurusan pendidikan tapi kerjanya di pemerintahan, gak nyambung kan. Ya begitulah saya, yg selalu bepindah pindah tempat mungkin saya memang belum konsisten. Pekerjaan yg sesuai bidang. Tapi banyak yg melenceng jauh si... bukan hanya saya sendiri.
Guys saya sedang galau pening keliling.
Saya punya tanggungan hutang 50 jt itu orng tua saya. Karena bisnis dagangnya mlorot..
saya bagimana lagi..
Bisnis saya juga drop.
Ibu saya jualan sembako untk makan setiap hari tapi tidak ada kas masuk.
saya kerja dan punya usaha prin prinan sepi karena kesaingan dengan mesin ftcopi besar. Dan saya hanya pnya printer copy.
bagaimana saya bisa mlunasi kalo seperti ini.
Usaha saya yg untuk membantu kebutuhan ibu tidak mencukupi karena banknya banyak.
Saya bingung. Mau bangkit lagi tapi blm bisa.
sbnarnya kalo ada suntikan modal dagan ibu saya rame dan saya juga bisa stor juga, tapi karena gak ada modal daganganya habis ya akhirnya muter lagi kerja an saya juga gajihnya tinggal sedikit karena sudah di pake untuk mengganti biayaya kuliah. Ya Allah..
Jika ada orang yg memiliki harta banyak, pinjamilah saya untuk bangkit kembali
kasian orang tua saya.
Saya juga akhirnya menunda untuk menikah.
081384078705
itu nmer saya. Jika ada yg berkenan meminjamkan ya Allah yg akan mengembalikan seluruhnya.
sya tidak malu seperti ini.
karena ini sebagian dari modal saya berjuang membangun toko ibu saya.
skian........
Wasalamualaikum wr.wb.
Thursday 9 June 2016
Wednesday 6 January 2016
KEPEMIMPINAN
PANCASILA MKP
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kepemimpinan berasal dari kata
“pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti
menunjukkan jalan yang baik dan benar, tetapidapat pula berarti mengepalai
pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang
berhubungan dengan proses penggerakkan, memberikan tuntutan, binaan dan
bimbingan, menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko,
mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain, mengarahkan dan masih banyak lagi artinya.
Pancasila merupakan falsafah hidup
bangsa Indonesia, dimana pola hidup masyarakatnya selalu berdasarkan pada
nilai-nilai yang terkandung pada pancasila. Namun apa yang terjadi, masih
banyak dari masyarakat kita yang bisa dan mau mengamalkan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupannya. Begitu juga dengan para pemimpin kita, kita lihat dari
puncak teratas kepemimpinan negeri kita yaitu presiden-presiden kita.
Kita mulai dari presiden kita pertama yaitu Sukarno.
Kita mulai dari presiden kita pertama yaitu Sukarno.
Sukarno adalah pencetus dan salah
satu the founding father bangsa ini. Pancasila juga terlahir dari konsep para founding father bangsa ini, namun jika
kita lihat dari kepemimpinan Sukarno bahwa Sukarno lebih menonjolkan
kharismatiknya, tak sedikit orang yang meragukan Sukarno, namun apakah Sukarno sudah
menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kepemimpinannya. Sukarno jika kita lihat
dari sejarahnya juga tidak menerapkan seluruhnya dari nilai-nilai pancasila,
hal ini terbukti dengan keinginannya untuk menjadi presiden seumur hidup, hal
ini sangat bertentangan dengan nilai dari sila ke-4 yaitu dengan nilai-nilai
demokrasinya. Begitu juga dengan paham komunisme yang menurut sejarah dianut
oleh Sukarno, hal ini bertentang dengan prinsip keadilan yang dijelaskan dalam
konsep kepemimpinan yang berkeadilan yang berarti menempatkan sesuatu pada
porsinya bukan sama rata dan sama rasa. Oleh karena itu, kami mengambil tema
tentang kepemimpinan pancasila ini. Kepemimpinan pancasila yang unsur-unsur
nilainya memiliki nilai universal, namun, realitanya para pemimpin bangsa ini
dalam memimpin tidak sepenuhnya memperlihatkan atau menginternalisasikan
nilai-nilai pancasila ke dalam sikap dan tingkah lakunya untuk memimpin
masyarakatnya maupun bawahannya.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian kepemimpinan
pancasila?
2.
Bagaimanakah konsep kepemimpinan
pancasila?
3.
Bagaimanakah pemimpin yang berjiwa
pancasila?
4.
Mengapa nilai-nilai moral pancasila
sebagai sumber kepemimpinan?
5.
Apa sajakah asas pancasila?
6.
Apa sajakah sumber pokok kepemimpinan
pancasila?
7.
Apa sajakah landasan kepemimpinan
pancasila?
C. Tujuan
1.
Dapat mengetahui pengertian kepemimpinan
pancasila
2.
Dapat mengetahui konsep kepemimpinan
pancasila
3.
Dapat mengetahui pemimpin yang berjiwa
pancasila
4.
Dapat mengetahui mengapa nilai-nilai
moral dalam setiap sila pada pancasila merupakan sumber kepemimpinan
5.
Dapat mengetahui apasaja yang merupakan
asas-asas dalam kepemimpinan pancasila
6.
Dapat mengetahui sumber-sumber pokok
dalam kepemimpinan pancasila
7.
Dapat mengetahui apa sajakah yang
menjadi landasan dalam memimpin dalam kepemimpinan pancasila
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
Berikut
ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli :
1.
George
R. Terry (yang
dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang
ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja
secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.
Ordway
Tead (1929)
Kepemimpinan sebagai perpaduan
perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan
tugasnya.
3.
Rauch
& Behling
(1984)
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah
pencapaian tujuan.
4.
Katz
& Kahn (1978)
Kepemimpinan adalah peningkatan
pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas kepatuhan mekanis
terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
5.
Hemhill
& Coon (1995)
Kepemimpinan adalah perilaku dari
seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kesuatu
tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Dari
beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa pengertian kepemimpinan
adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah “melakukanya dalam kerja” dengan praktik seperti pemagangan
pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang
ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
B.
Konsep Kepemimpinan Pancasila
Dalam
rangka menjalankan tugas kewajibannya seorang pemimpin harus dapat menjaga
kewibawaannya. Lebih-lebih dalam kemerdekaan dan pembangunan. Berhasilnya
pembangunan nasional tergantung peran aktif rakyat Indonesia, dengan sikap
mental, tekad semangat, ketaatan dan disiplin nasional dalam menjalankan tugas
kewajibannya. Dengan demikian perlu dikembangkan motivasi membangun dikalangan
masyarakat luas dan motivasi pengorbanan pengabdian pada unsur kepemimpinannya.
Norma-norma yang tercakup dalam Pancasila itu sekaligus merupakan sistem nilai
yang harus dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara, khususnya para
pemimpin. Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan yang selalu
menggambarkan nilai-nilai dan norma-norma Pancasila. Berikut disampaikan suatu
pemikiran mengenai kepemimpinan yang selanjutnya diterapkan di Indonesia : Seorang
pemimpin di Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai
luhur pancasila yaitu :
1.
Seorang
pemimpin di Indonesia adalah seorang yang mampu menanggapi kemajuan IPTEK dan
kemajuan zaman.
2.
Seorang
pemimpin hendaknya berwibawa, yakni timbulnya kepatuhan yang dipimpinnya, bukan
karena katakutan, tetapi karena kesadaran dan kerelaan.
3.
Seorang
pemimpin bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan yang dipimpinnya.
Dengan
demikian, pemimpin benar-benar bersifat “ing
ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”. Menurut Kartini, Kartono, (2008) menjelaskan bahwa ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi oleh kepemimpinan, yaitu :
1.
Kepemimpinan
di Era pembangunan Nasioanal harus bersumber pada falsafah negara, yakni
Pancasila.
2.
Memahami
benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai.
3.
Diharapkan
agar Kepemimpinan Pancasila mampu menggali intisari dari nilai-nilai
tradisional yang luhur, untuk kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif
dari modernisasi.
C.
Pemimpin
yang Berjiwa Pancasila
Bagi suatu organisasi apapun, baik
itu Negara, Partai Politik, LSM, Ormawa, OKP, dan lain-lain yang ingin
memperoleh kemajuan dalam bidang usahanya, maka kepemimpinan yang baik mutlak
dibutuhkan bagi organisasi itu terutama keahlian dalam bidang tersebut, dalam
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya, maka seorang pemimpin harus dapat
mengelola dan mengarahkan elemen-elemen yang ada secara baik dan teratur.
Seorang pemimpin harus dapat menciptakan suatu kerjasama yang harmonis di
antara pimpinan dan bawahan. Arti Kepemimpinan Pancasila adalah Kepemimpinan
yang membawa masyarakat dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD’45. Keyakinan pemimpin pancasila :
1.
Semangat Nasionalisme
2.
Semangat Kekeluargaan
3.
Semangat Gotong Royong
4.
Pembangunan Isi Kemerdekaan
5.
Pembangunan Falsafah Negara Pancasila
6.
Pembangunan Amalan Pancasila
7.
Pembangunan Fungsi Manajemen
8.
Pembangunan Memadu Budaya Tradisi dan
Modernisasi
9.
Pembangunan Berazas Persatuan,
Kebersamaan, Kesatuan
Tanggal 1 Juni yang diperingati sebagai
hari lahirnya Pancasila tidak hanya menjadi ajang simbolisasi peringatan yang
tak memiliki makna. Kita tidak bisa berdiam diri membiarkan nilai-nilai luhur
Pancasila hilang tanpa meninggalkan jejak. Berkaitan dengan itu semua, sebagai
bangsa yang menjujung tinggi demokrasi, sudah saatnya kita kini selektif
memilih sosok calon pemimpin yang benar-benar memiliki kapabilitas yang cukup
mumpuni dan bermoral Pancasila.
Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah
sosok pemimpin yang selalu memperhatikan nasib rakyatnya sesuai dengan tujuan
kesejahteraan dalam sila Pancasila. Seorang pemimpin yang Pancasilais adalah
sosok pemimpin yang tidak mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan
masyarakatnya. Pemimpin yang Pancasilais harus mengedepankan kepentingan rakyat
daripada kepentingan-kepentingan yang lain. Pemimpin yang Pancasilais adalah
pemimpin yang tidak terlalu berambisi mengejar jabatan demi kepentingan
pribadi, menanamkan permusuhan dengan lawan-lawan politiknya.
Pemimpin yang Pancasilais adalah sosok
pemimpin yang selalu dengan teguh mengamalkan sila-sila Pancasila dengan
sempurna. Ia adalah pemimpin yang memiliki jiwa religiositas sesuai dengan sila
pertama Pancasila, selalu menanamkan jiwa-jiwa keadilan dalam setiap aspeknya,
bersikap toleran dan terbuka sebagai jalan untuk mempersatukan semua unsur
perbedaan yang ada, dan selalu bijak dalam pengambilan keputusannya.
Dikalangan ABRI telah dirumuskan sebelas
asas kepemimpinan, yang telah digali dari nilai-nilai kepemimpinan di bumi
Indonesia. Semua asas itu dapat diterapkan pada tugas-tugas kepemimpinan pada
semua sektor dan eselon, mulai dari guru dan lurah di desa, sampai pada
pejabat-pejabat lokal, regional, dan di pusat pemerintahan. Yang paling penting
dari kesebelas asas tersebut ialah tiga asas pertama, yang sangat ditonjolkan
oleh Ki Hajar Dewantara, dan pada akhirnya dijadikan prinsip utama kepemimpinan
Pancasila. Kesebelas asas tersebut ialah :
1.
Ing
Ngarsa sung Tulada (di depan memberikan teladan)
Pemimpin yang baik adalah orang yang
berani berjalan di depan, untuk menjadi ujung tombak dan tameng/perisai di
arena perjuangan, untuk menghadapi rintangan dan bahay-bahaya dalam merintis
segala macam usaha. Dengan tekad besar dan keberanian yang membara dia harus
sanggup bekerja paling berat, sambil menegakkan disiplin diri sendiri maupun
disiplin pengikutnya. Di depan dia menjadi teladan yang baik. Di depan dia
harus benar-benar berani menjadi ”ujung tombak” bagi setiap usaha rintisan dan
perjuangan.
2.
Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun motivasi
dan kemauan)
Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang mau terjun di tengah-tengah anak buahnya, merasa
senasib sepenanggungan sanggup menggugah dan membangkitkan gairah serta
motivasi kerja, semangat tempur/juang, dan etik kerja yang tinggi. Karena dia
ada di tengah-tengah anak buahnya, maka dia selalu tanggap dan mampu berpikir
serta bertindak dengan cepat serta tepat, sesuai dengan tuntutan kondisi dan
situasinya.
3.
Tut Wuri Handayani
Pada
saat yang tepat pemimpin juga harus sanggup berdiri di belakang anak buahnya.
Hal ini bukan berarti bahwa dengan kecut hati pemimpin ”bersembunyi” di
belakang pengikutnya, dan mengekor di balik kekuatan anak buahnya. Akan tetapi
harus diartikan sebagai mau memberikan dorongan dan kebebasan, agar bawahannya
mau berprakarsa, berani berinisiatif, dan memiliki kepercayaan diri untuk
berpartisipasi dan berkarya dan tidak selalu bergantung pada perintah atasan
saja. Ringkasnya, dibelakang dia mendorong dan memberi pengaruh baik ”yang
menguatkan” kepada anak buahnya yang dipimpinnya.
4.
Takwa kepada TYME
Pemimpin
Indonesia dituntut agar memiliki keyakinan beragama, keimanan, dan ketakwaan
yang teguh terhadap Tuhan yang Maha Esa. Kesadaran sedemikian menimbulkan pengertian
bahwa setiap insan Indonesia mempeunyai kedudukan yang sama tingginya di
hadapan Tuhan. Kesadaran tersebut menginsyafkan seorang pemimpin, bahwa dirinya
bukan seorang yang maha super, bukan pula sumber kewenangan yang mutlak dalam
menentukan permasalahandan kedudukan orang lain, terutama bawahan dan
pengikut-pengikutnya.
5.
Waspada purba wasesa (waspada dan berkuasa)
Waspada
itu mempunyai ketajaman penglihatan dan juga mampu menembus penglihatan ke
depan, mampu mengadakan forecasting atau meramal bagi masa mendatang, atau
bersifat futuristik. Sedang ”murba” atau ”purba” itu artinya mampu mencipta
atau mampu mengendalikan menguasai.
Wasesa ialah keunggulan, kelebihan,
kekuasaan berdasarkan kewibawaan, atau kewibawaan yang disertai kekuasaan. Jadi
purba wasesa ialah mampu menciptakan dan mengendalikan semua
kelebihan/keunggulan dan kekuasaan.
6.
Ambeg paramarta
Ambeg
itu artinya mempunyai sifat-sifat. Paramarta (sansekerta: paramartha) artinya
yang benar, yang hakiki. Maka ambeg paramartha itu artinya murah, karim,
dermawan, mulia, murni, baik hati. Biasanya ”paramartha” selalu disertai dengan
”adil” jadi ambeg adil-paramartha berarti : bersikap adil, mampu membedakan
yang penting dan yang tidak penting, sehingga mendahulukan hal-hal yang perlu
dan penting, dan menomorduakan peristiwa-peristiwa yang remeh dan tidak
penting. Jadi, pemimpin itu harus cakap menyusun satu sistem hierarki, agar
selalu dapat memeriksa (haniti priksa), serta menata segala usaha dan prilaku.
Ringkasnya, dia mampu dengan tepat memilih mana yang harus didahulukan, dan
mana yang harus diusulkan kemudian serta selalu bersikap adil.
7.
Ambeg prasaja (bersifat sederhana)
Ambeg
prasaja pada diri pemimpin itu berarti dia bersifat sederhana, terus terang,
blak-blakan, tulus, lurus, ikhlas, benar, dan toleran. Sikapnya
bersahaja/tunggal, hidupnya juga tidak berlebih-lebihan, tetap sederhana, dan
tidak tamak.
8.
Ambeg Satya (setia)
Amberg
satya itu ialah bersifat setia, menepati janji, dan selalu memenuhi segala
ucapannya. Pemimpin sedemikian ini dapat dipercaya sebab dia jujur-lurus-tulus
dan setia, cermat, tepat, dan loyal terhadap kelompoknya. Dia senantiasa
berusaha agar hidupnya berguna, dan bisa membuat senang serta bahagia orang
lain, terutama bawahan atau anak buahnya.
9.
Gemi
Nastiti ( hemat dan teliti-cermat)
Pemimpin
yang baik itu sifatnya hemat cermat, dan berhati-hati, tidak boros. Hemat
karena ia mampu melaksanakan semua pekerjaan dengan efektif dan efisien. Hemat
pula dalam mengelola sumber tenaga manusia, material, dan harta per,odalan, dan
menyingkiri semua tingkah laku yang tidak memberi manfaat.
Cermat
itu dalam bahasa Jawanya ialah nastiti, yaitu meneliti dengan sangat hati-hati
segala karya, perbuatan, dan peristiwa di sekitarnya. Sedang berhati-hati
artinya : pemimpin itu selalu bernalar, cermat, dan teliti. Selalu menggunakan
duga prayoga, yaitu pandai menduga-duga apakah yang paling prayoga/baik pada
suatu saat. Lalu menghindari hal-hal yang bisa mendatangkan mara bahaya dan
kesengsaraan. Dia sadar dan mampu membatasi penggunaaan dan pengeluaran apa
saja untuk keperluan yang benar-benar penting.
10.
Blaka ( terbuka, jujur, lurus)
Pimpinan
yang baik harus bersikap terbuka, komunikatif. Dia bersedia memberikan
kesempatan kepada bawahan dan orang lain untuk mengemukakan sugesti usul,
pendapat, kritik yang konstruktif, dan koreksi. Dia tidak merasa terlalu bodoh
atau malu hati untuk belajar dari lingkungan dan bawahannya sendiri sekalipun.
Sebab, belajar dari pengalaman orang lain itu merupakan pemerkayaan pribadinya.
Ringkasnya, personnya merupakan satu sistem yang terbuka.
11.
Legawa (tulus ikhlas)
Legawa artinya rela dan tulus
ikhlas, setiap saat dia bersedia untuk memberikan pengorbanan. Sifat orangnya
ialah pemurah (murah hati), karim, dan dermawan. Dia mudah merasa senang
bahagia dengan kesukaan yang kecil-kecil, dan tidak mabuk oleh kesukaan yang
besar-besar. Karena itu sifatnya prasaja/sederhana dan tulus rela. Jika terjadi
kekecewaan dan kegagalan, maka dia bisa ”mupus” atau menghibur diri, dan pasrah
menyerah dengan hati yang murni kemudia bangkit kembali, berusaha membangun dan
berkarya lagi.
D.
Nilai Moral Pancasila Sebagai
Sumber Kepemimpinan :
1.
Sila Ke-1 :
a.
iman dan taqwa
b.
saling
menghormati
c.
kebebasan
ibadah
2.
Sila Ke-2 :
a.
hak-hak dan
kewajiban azasi
b.
toleransi dan
kemanusiaan
c.
kerjasama
3.
Sila Ke-3 :
a.
Patriotisme
dan Nasionalisme
b.
persatuan dan
kesatuan
c.
Bhinnek
Tunggal Ika
4.
Sila Ke-4 :
a.
musyawarah dan
mufakat
b.
melaksanakan
putusan
5.
Sila Ke-5 :
a.
Gotong royong,
familier, dan damai
E. Asas Kepemimpinan
Pancasila
1. Azas kebersamaan.
a.
Pemimpin dan yang dipimpim memliki kesatuan organisasi yang
tersusun secara hierarki dengan diakui sebagai pemerintahan yang sah, dan tanpa
adanya paksaan oleh pemerintah kepada masyarakatnya.
b.
Pemimpin tidak terpisah dari yang dipimpin, yang berarti bahwa
seorang pemimpin mempunyai kehidupan yang tidak jauh berbeda dari kehidupan
yang dipimpinnya. Berbaur menjadi satu dalam sebuah satuan komando. Dengan
tidak terpisahnya pemimpin dan yang dipimpin ini menimbulkan jurang pemisah
antara penguasa dan yang dikuasainya.
c.
Pemimpin dan yang dipimpn saling pengaruh mempengaruhi. Artinya
bahwa seorang pemimpin merupakan wakil rakyat yang menjadi penghubung
(mediator) antara pemimpin dengan masyarakat, masyarakat. Dengan adanya saling
mempengaruhi tersebut nantinya akan tercipta negara yang demokratis semuanya
untuk rakyat.
d.
Pemimpin dan yang dipimpin bukan unsur yang saling bertentangan,
sehingga tidak terjadi dualisme.
e.
Masing-masing unsur yang terlibat dalam kegiatan mempunyai tempat
dan kewajiban (dharma)sendiri-sendiri dan meruepakan suatu golongan yang paling
kuat, tetapi juga tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat yang
harus diutamakan.
f.
Tanpa adanya yang dipimpin, maka tidak mungkin adanya seorang
pemimpin.
2. Azas kekeluargaan dan
kegotong royongan
a.
Timbul kerja sama yang akrab. Artinya bahwa antara masyarakat dan
pemerintah membuat suatu standart yang menhubungkan keterkaitan diantara
keduanya seperti yang telah di rumuskan dalam UUD 45. Antara pemerintah dan
masyarakat merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan yang membuat suatu kerja
sama yang saling pengaruh mempengaruhi diantara keduanya. Karena tidak akan ada
pemimpin kalau tidak ada orang yang dipimpin.
b.
Kesejahteraan dan kebahagiaan bersama yang menjadi titik tumpu.
Artinya kesejahteraan dan kebahagian merupakan sebuah cita-cita murni yang
harus menjadi tujuan utama. Karena dengan adanya kesejahteraan dan kebahagiaan
tersebut maka negara akan terhindar dari ancaman, gangguan, tantangan, dan
hambatan yang menimpa NKRI.
c.
Berlandaskan kasih sayang dan pengorbanan. Artinya untuk membentuk
suatu negara yang adil dan makmur harus dengan cara yang baik dengan
menumbuhkan kasih sayang yang multikultural yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesa. Dengan adanya rasa kasih sayang yang multikultural akan menimbulkan
sikap rela berkorban apabila negara mendapat ancaman dari luar maupun dari
dalam megeri. Pengorbanan itu akan terbentuk akibat adanya saling tenggang
rasa dan saling memahami antar golongan, suku ataupun yang lainnya, bahwa
negara NKRI bukan negara milik salah satu golongan yang paling kuat.
3. Azas persatuan dan
kesatuan dalam kebinekaan
Sebagai seorang yang berpendidikan,
hendaknya kita sadar akan status bangsa Indonesia, yaitu negara yang mempunyai
keragaman suku, bangsa, adat istiadat, agama, aliran dan yang lainya yang
terrangkum dalam sebuah kebinekaan. Kebinekaan tersebut menuntuk kepada
masyarakat Indonesia untuk tidak mengunggulkan suatu golongan dengan golongan
yang lain, atau menganggap bahwa golongannya lebih kuat dan lebih pantas dari
golongan yang lain. Tetapi dari kebinekaan tersebut mengajarkan agar Masyarakat
Indonesia mempunyai rasa sama dalam derajat, dan mengakui keberadaan antara
satu dengan yang lainnya yang bernaung dalam sebuah negara NKRI. Kebinekaan
tersebut diibaratkan adalah sebuah taman yang terdiri dari berbagai macam
bunga. Bunga melati, bunga mawar, bunga angrek, bunga kembang sepatu dan yang
lainnya. Bunga-bunga tersebut tidak akan dinamakan sebagai bunga setaman
apabila bunga-bunga tersebut beridiri sendiri, tetapi bunga tersebut akan
menjadi bunga setaman apabilal bunga itu berdiri dalam satu tempat dalam sebuah
kesatuan.
Analogi tersebut mengibaratkan kepada
masyarakatnya untuk mempunyai rasa tenggang rasa dalam memandang sebuah
keberagaman. Dan memandang bahwa walupun berbeda-beda warna, tetapi semua
bentuk itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu menjadikan negara Indonesia
menjadi negara yang maju, adil, dan makmur.
4. Azas selaras serasi dan
seimbang
Semua azas tersebut
yang sudah dijelaskan diatas harus di dasari oleh keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan. Yang mana azas tersebut tiak mencari kemenangan sebuah golongan
dengan adanya adu kekuatan yang nantinya akan menimbulka kontradisi, konflik
dan pertentangan antara golongan. Sehingga hilanglah rasa kebinekaan yang
menjadi dasar berdirinya NKRI. Adanya selaras, serasi dan seimbang tersebut menunjukkan
sebuah keadaan yang terbentuk secara alamiah dan tersusun sesuai dengan kodrat
penciptaannya, yang mana setiap golongan mempunyai tempat dan mempunyai fungsi
masing-masing. Dari keselarasan, keserasian dan keseimbangan membentuk sebuah
warna baru dan menjadikan bentuk keindahan yang akan menumbuhkan ketentraman
batin sehingga antara golongan yang satu dengan yang lainnya tidak merasa
terganggu dengan keberadaan golongan yang lain dalam menjalankan fungsi dan
aktifitasnya masing-masing.
F.
Sumber Pokok Kepemimpinan Pancasila
1.
Pancasila,
UUD 1945, dan GBHN
2.
Nilai-nilai
kepemimpinan universal
3.
Nilai-nilai
spiritual nenek moyang. Hal-hal yang dapat dianggap sebagai sumber
kepemimpinan Pancasila antara lain berupa :
a.
Nilai-nilai
positif dari modernism
b.
Intisari
dari warisan pusaka berupa nilai-nilai dan norma-norma kepemimpinan yang
ditulis oleh para nenek moyang.
c.
Refleksi
dan kontemplasi mengenai hakikat hidup dan tujuan hidup bangsa pada era
pembangunan dan zaman modern, sekaligus juga refleksi mengenai pribadi selaku
”manusia utuh” yang mandiri dan bertanggung jawab dengan misi hidupnya
masing-masing.
G.
Landasan Kepemimpinan Pancasila
Pada
tingkat, jenjang serta di bidang apa pun, pemimpin harus mempunyai landasan
pokok berupa nilai-nilai moral kepemimpinan, seperti yang telah diwariskan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia. Keempat macam landasan pokok kepemimpinan itu
ialah :
1.
Landasan
diplomasi (bersumber pada ajaran almarhum Dr. R. Sosrokartono :
a.
Sugih
tanpa banda (kaya tanpa harta benda)
b.
Nglurung
tanpa bala (melurug tanpa balatentara)
c.
Menang
tanpa ngasorake (menang tanpa mengalahkan)
d.
Weweh
tanpa kelangan (memberi tanpa merasa kehilangan)
2.
Landasan
Kepemimpinan
a.
Sifat
ratu/raja: bijaksana, adil, ambeg paramarta, konsekuen dalam janjinya
b.
Sifat
pandita: membelakangi kemewahan dunia, tidak punya interest-interest, dapat
melihat jauh kedepan/waskita
c.
Sifat
petani: jujur, sederhana, tekun, ulet, blaka
d.
Sifat
guru : memberikan teladan baik
3.
Landasan
Pengabdian (Sri Mangkunegara 1)
a.
Ruwangsa
handarbeni (merasa ikut memiliki negara)
b.
Wajib
melu angrungkebi (wajib ikut bela negara)
c.
Mulat Sarira hangrasa wani (mawas diri
untuk bersikap berani)
Daftar
Pustaka
Kartono, Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada)
Sutarto.
1998. Dasar-Dasar Kepemimpinan
Administrasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Sutiman
A.H., "Apa dan Bagaimanakah Kepemimpinan Pancasila Itu?", ABSTRAK
MKM, VOL. IV, TAHUN IV, 1997.
(www.maranatha.edu/sites/default/files/abstrak%20MKM%20IV%20(4).doc)
Prof.Ir.
Bambang Suryanto, MS.PSl "LEADERSHIP & ENTREPRENEURSHIP".
(www.magri.undip.ac.id/images/stories/leadership_prof_bambang.ppt)
Subscribe to:
Posts (Atom)